Jumat, 27 Juni 2014

RUMPUT TETANGGA YANG “KELIHATAN” LEBIH HIJAU

Haaalooohaaa, Bloggg-nya akuuhh..

Iyaaa, untuk lebih pendekatan lagi, ada baiknya aku kasih nama ke panggilan, yaitu Bloggg (“g” nya ada 3). Terinspirasi dari @poconggg yang “g” nya 3 itu lho. Harusnya kamu seneng lho Bloggg udah dikasih nama yang 11 12 dengan selebtweet famous, sihhiyyy, ya keleus semoga Bloggg juga jadi famous kaya @poconggg, banyak followers-nya yang paling penting banyak update-annya, aamiin *ngarep syalalalaaa*. Long time no see banget ini, kebangetan malah ini lamanya ga pernah buka Bloggg dan update Bloggg lagi. Yah begitulah naseeebbb beberapa blog yang aku tau terkadang si empunya melupakan blog yang udah dia bikin, termasuk blog aku sendiri, kasian kamu, Bloggg. Terus Bloggg jawab dalam hati “Aku Rapopo”… -_____-“ | baiklah intermezzo selesai.


“iya, setidaknya berusaha sebaik dan sekeras mungkin hingga hasil datang, dan apapun hasilnya percayalah setidaknya kita udah berani berusaha dengan usaha sendiri” 

Pasti setiap dari kita punya cita-cita atau setidaknya keinginan yang pingin dicapai. Tapi aku juga yakin setiap kita juga lebih sering ngebanding-bandingin sesuatu yang dipunyai orang lain dengan sesuatu yang ga kita punya. Alias ngeliat rumput tetangga lebih hijau. Nah, kalo ngeliat rumput tetangga lebih hijau terus kita termotivasi untuk “menghijaukan rumput” sendiri itu sih menurutku boleh-boleh aja, malah bagus kan. Tapi kalo hasil yang didapat dari ngeliat rumput tetangga lebih hijau bikin kita jadi down untuk apa cobaaa? Yang ada ngerugiin batin. Iyaaaa, jadi mata kita ngeliat rumput tetangga lebih hijau itu selalu pasti ada dikeseharian kita tapi sikap kita nanggapin itu yang harus diatur. Jangan sampe udah lah ini lebay ngeliat rumput tetangga yang lebih hijau, lebay ngerasa diri paling merana karna itu, eh ditambah-tambah lebay nanggapinnya. *Huwaaaa, tulisan sendiri kok untuk nampar pipi sendiri sih ini. Krikkkk…

“jangan suka merasa sebagai orang yang paling menderita, sebab perilaku itulah yang membuat deritamu berlipat ganda” – teh @pewski

Jadi ceritanya beberapa hari yang lalu, saat dikantor ada sedikit yang membuat aku down, sebut saja kasus X dimana menurutku kasus ini hanya aku yang alami. Sedang beberapa temen kantor yang lain tidak alami hal itu. Jadi aku merasa dalam keadaan *huwaaaa sedih banget ini naseb guweeee* tapi setelah itu, ntah emang dasar aku yang sadar akan keadaan pasti ada pasang-surut atau memang aku yang dasar bebal, pokoknya aku langsung ngambil tindakan *udahlah kenapa harus pake hati yang paling dalam sih buat sedihnya* sehingga aku bisa move on dengan cepat, yahhh terus kerja lagi dengan syalalalaaa walaupun terkadang masih ada masalah satu dua. Artinya aku ga mau liat diri aku terpojokkan dengan suatu kasus yang mungkin aja bisa datang lagi (tapi ya amit-amit kan) dan aku ga mau pesimis terhadap diri sendiri. Tapi beberapa waktu kemudian bukan sulap bukan sihir, datanglah seorang teman yang menurutku berprestasi di kantor dan curhat *bla bla bla, aku sedih naseb guweeee gini banget*, okeeeee seorang teman yang dari kacamata aku dia berprestasi di kantor dan curhat kayaaa gitu. OMG helllowww, kalo dia yang berprestasi aja ngerasa down dengan keadaannya, terus aku yang biasa aja ini gimana donggggg? -_____-“ | *dalam hati : ini beneran curhat atau hmmm nyindir(?). Padahal si teman ini aku udah ngerasa *wah enak banget ya hidupnya* alias aku udah merasa rumputnya udah hijau, tapi ternyata apa yang keliatan diluar enak belum tentu yang merasa itu juga berpikir enak, huft rempong ternyata. Yah, intinya kita harus bersyukur dengan apapun keadaan sih. Kalopun lagi down setidaknya kita jangan berlama-lama mau dalam posisi menyedihkan itu. Paling kecil yah kita curhat sama orang yang bisa mengerti, solat, lurusin niat awal, focus, denger music favorit mungkin (?).

Ada juga yang akhir-akhir ini bikin aku berpikir *wuih enak bener itu hidupnya* alias rumput tetangga ini lebih hijau, sebut namanya mr. X, dia seorang penulis 3 buku (saat ini lagi nulis buku ke-4), masih muda, selebtweet, dan sukses. Kalo penulis buku, masih muda, dan selebtweet sih bisa diukur. Tapi sukses siapa sih yang bisa ukur. Lalu kenapa aku sampe bisa bilang dia sukses? Karna dia mencintai pekerjaannya, yang mana pekerjaannya adalah hobinya, iya, menulis adalah hobinya dan menulis adalah pekerjaannya. Dia bener-bener mencintai hobinya artinya dia bener-bener mencintai pekerjaannya. Dan pekerjaannya sukses. Bahkan dia sempat mengakui, saat dia menulis dia merasa kaya bernapas. Jadi ibarat dia bernapas terus dikasih uang. OMG hellowww, enak banget kan. Tapi lagi-lagi tanggapan kita seharusnya adalah kalo dia bisa, kita pasti bisa, tapi harus dengan usaha super duper. Karna kita hanya melihat orang lain itu saat sukses, dan kita pingin punya nasib yang sama dengan orang itu, padahal harusnya kita tau untuk mendapat kesuksessan itu mereka pasti udah melalui beribu hal yang sulit dan bisa melewatinya. Artinya saat usaha kita mendapatkan suatu hal sulit jangan langsung buru-buru ngeluh dan nyerah. Pokoknya semangat aja. ^^


“success is like being pregnant. So many people can see it, but they don’t know how many times we we’re f*cked” – @shitlicious

Intinya sih, terkadang ada hal-hal yang memang mata kita aja yang selalu ngeliat “rumput tetangga lebih hijau” padahal pada kenyataannya ga gitu-gitu amat juga.

2 komentar:

TheWandereR mengatakan...

sihiyyyyy akhirnya ananda ngeblog lagi :D

Iznaini Ananda mengatakan...

aaaaaa, nazriatun nisa jangann gituuu... udah lama kali ga ngeblog, kasian dia selama ini nangis :D

Posting Komentar